ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN
GASTRO ENTRITIS (GE)

Nama : Media Dani A.
NIM : 2010.0973
![]() |
TINJAUAN
TEORI
A. PENGERTIAN
Gastroenteritis (GE) adalah infeksi
saluran pencernaan oleh berbagai enteropatogen, termasuk bakteria, virus dan
parasit. (Nelson, 2000).
Diare akut (Gastroenteritis) adalah inflamasi
lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri virus dan patogen parasitik.
(Donna L. Wong, 2004 : 492)
Diare ialah frekuensi buang air besar
lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak; konsistensi feses
encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau
lendir saja. (Ngastiyah, 2005 : 224)
Diare adalah kehilangan cairan dan
elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih
buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair. (Suriadi, 2001 : 83)
Kesimpulan dari beberapa pengertian
di atas dapat disimpulkan bahwa gastroenteritis (GE) atau diare akut adalah
infeksi saluran pencernaan pada lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri,
virus, dan parasit yang ditandai dengan keadaan buang air besar secara
berlebihan dan dapat bercampur lendir dan darah atau lendir saja.
B.
ETIOLOGI
Etiologi diare dapat dibagi
dalam beberapa faktor, yaitu :
a. Faktor Infeksi
1) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran
pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak.
Infeksi enteral ini meliputi :
a)
Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli,
salmonella, shigella, compylobacter yersinia, aeromonas, dan sebagainya.
b)
Infeksi virus : Eterovirus (Virus
echo, coxsaekie, poliomyelitis), Adenovirus, rotavirus, astrovirus dan
lain-lain.
c)
Infeksi parasit : Cacing
(ascaris, thrichiuris, oxyuris, strongyloides protozoa (entamoeba hystolytica,
giardia lamblia, trichomonas hominis), jamur (candida albicans).
2) Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh
lain di luar alat pencernaan, seperti Otitis Media Akut (OMA), tonsilofaringitis,
bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada
bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
b.
Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat : Disakarida (intoleransi laktosa,
maltosa dan sukrosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah
intoleransi laktosa.
1)
Malabsorbsi lemak
2)
Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan : Makanan basi, beracun,
elergi terhadap makanan.
d. Faktor psikologis : Rasa takut dan cemas walaupun
jarang dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar. (Dr.
Rusepno Hassan, 2005 : 283-284)
C. TANDA DAN GEJALA
Mula-mula
pasien cengeng, gelisah suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang
atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair mungkin disertai lendir dan
darah. Warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena bercampur dengan
empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defeksi dan tinja
makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari
laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat
timbul sebelum atau sesudah diare dan gangguan keseimbangan asam basa, dan
elektrolit. Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala
dehidrasi mulai nampak, yaitu berat badan turun, turgor berkurang, mata dan
ubun-ubun besar menjadi cekung (pada bayi) selaput lendir dan bibir, bibir dan
mulut serta kulit tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat
dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang dan berat. Bila berdasarkan tonisitas
plasma dibagi menjadi dehidrasi hipotonik, isotonik dan hipertonik. (Ngastiyah,
2005 : 226)
D. PATOGENESIS
Proses
terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan faktor diantaranya
pertama faktor infeksi, proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman)
yang masuk ke dalam saluran perncernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan
merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus.
Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan
gangguan fungsi usus dalam absorbsi cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan
adanya toksin bakteri akan menyebabkan sistem transport aktif dalam usus
sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan
elektrolit akan meningkat. Kedua, faktor malabsorbsi merupakan kegagalan dalam
melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi
rongga usus sehingga terjadilah diare. Ketiga, faktor makanan ini dapat terjadi
apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik. Sehingga terjadi
peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan penurunan kesempatan untuk
menyerap makan yang kemudian menyebabkan diare. Keempat, faktor psikologis
dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang akhirnya
mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat menyebabkan diare. (A. Aziz
Alimul Hidayat, 2006).
E. KOMPLIKASI
Komplikasi kehilangan akibat
diare :
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat,
hipotonik, isotonik atau hipertonik)
b. Renjatan hipovolemik
c. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus,
hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan elektrokardiogram)
d. Hipoglikemia
e. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili
mukosa usus dab defisiensi enzim laktosa
f. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik
g. Malnutrisi energi protein (Akibat muntah
dan diare, jika lama atau kronik. (Ngastiyah, 2005).
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Dasar pengobatan diare adalah
:
a.
Pemberian cairan : jenis
cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.
b.
Dietetik (cara pemberian
makanan)
c.
Obat-obatan
Cara memberikan cairan dalam
terapi dehidrasi
a. Belum ada dehidrasi
Peroral sebanyak anak mau
minum atau (ad libitum) atau 1 gelas tiap defekasi
b. Dehidrasi ringan
1 jam pertama : 25-50 ml/kg BB
peroral (intragastrik)
Selanjutnya : 125 ml/kg
BB/hari ad libitum
c. Dehidrasi sedang
1 jam pertama : 50-100/kg BB
per oral/intragastrik (sonde)
Selanjutnya : 125 ml/kg
BB/hari ad libitum
d. Dehidrasi berat
Untuk anak
umur 1 bulan – 2 tahun berat badan 3-10 kg
1 jam pertama :
40 ml/kg BB/jam : 10 tetes/kg
BB/menit (set infus berukuran 1ml : 15 tts) atau 13 tetes/kg BB/menit (set
infus 1ml : 20 tetes)
7 jam berikutnya :
12ml/kg BB/jam : 3 tetes/kg
BB/menit (set infus 1ml : 15 tetes) atau 4 tetes/kg BB/mnt (set infus 1ml : 20
tts)
16 jam berikutnya :
125 ml/kg BB oralit per oral
atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum, teruskan DG aa intravena 2
tetes/kg BB/menit (set infus 1ml: 15 tetes) atau 3 tetes/kg BB/menit (1 ml : 15
tetes) atau 3 tetes/kg BB/menit (1ml : 20 tetes).
Untuk anak
lebih 5-10 tahun dengan BB 15-25 kg
1 jam pertama :
20 ml/kg BB/jam atau 5
tetes/kg BB/menit (1ml : 15 tetes) atau 7 tetes/kg BB/mnt (1ml : 20 tetes)
7 jam berikut :
10 ml/lg BB/jam atau 2 ½
tetes/kg BB/menit (1ml : 15 tetes) atau 3 tetes/kg BB/menit (1ml : 20 tetes)
16 jam :
105 ml/kg BB oralit peroral
atau bila anak tidak mau minum dapat diberikan DG aa intravena 1 tetes/kg BB/menit
(1ml : 15 tetes) atau 1 ½ tetes/kg BB/menit (set 1 ml : 20 tetes)
Untuk bayi berat
badan lahir rendah, dengan berat badan kurang dari 2 kg.
Kebutuhan cairan :
125 ml + 100ml + 25ml = 250
ml/kg BB/24 jam
Jenis cairan :
Cairan 4 : 1 (4 bagian glukosa
5%+1 bagian NaHCO3 1 ½%)
Kecepatan :
4 jam pertama : 25ml/kg BB/jam
atau 6 tetes/kg BB/menit (1ml: 15 tetes) 8 tetes/kg BB/mnt (1ml : 20 tetes)
20 jam berikutnya : 150 ml/kg
BB/20 jam atau 2 tetes/kg BB/menit (1ml : 15 tetes) atau 2 ½ tetes/kg BB/menit
(1ml : 20 tetes).
Untuk bayi
berat badan lahir rendah, dengan berat badan kurang dari 2 kg
Kebutuhan cairan
250 ml/kg BB/24 jam
Jenis cairan :
Cairan 4 : 1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1 ½)
Kecepatan cairan :
Sama dengan pada bayi baru
lahir.
Cairan
untuk pasien MEP sedang dan berat dengan diare dehidrasi berat misalnya : Untuk
anak umur 1 bulan - 2 tahun dengan berat badan 3-10 kg.
Jenis cairan : DG aa
Jumlah cairan : 250 ml/kg
BB/24 jam
Kecepatan : 4 jam pertama :
60ml/kg BB/jam atau 15 ml/kg BB/jam atau = 4 tetes/kg BB/menit (1ml : 15 tetes)
atau 5 tetes/kg BB/menit (1ml : 20 tetes).
20 jam berikutnya : 190ml/kg
BB/jam atau 10 ml/kg BB/jam atau 2 ½
tetes/kg BB/menit (1ml : 15 tetes) atau 3 tetes/kg BB/menit (1ml: 20 tetes).
(Ngastiyah, 1999)
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Tinja
1) Makroskopis dan mikroskopis
2) PH dan kadar gula dalam tinja dengan
kertas lakmus dan tablet clinitest, bila diduga terdapat intoleransi gula.
3) Bila perlu lakukan pemeriksaan biakan dan
uji resistensi.
b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam
basa dalam darah dengan menentukan PH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi
dengan pemeriksaan analisa gas darah menurut Astrup (bila memungkinkan).
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin
untuk mengetahui faal ginjal.
d.
Pemeriksaan
elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam serum
(terutama pada penderita yang disertai kejang).
e.
Pemeriksaan
intubasi secara kualitas dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita
diare kronik. (Dr. Rusepto Hassan, 2005 : 286).
H. FOKUS PENGKAJIAN
1. Kaji riwayat diare
2. Kaji status hidrasi, ubun-ubun, turgor
kulit, mata, membran mukosa mulut
3. Kaji tinja, jumlah, warna, bau,
konsistensi dan waktu buang air besar
4. Kaji intake dan output (pemasukan dan
pengeluaran)
5. Kaji berat badan
6. Kaji tingkat aktivitas anak
7. Kaji tanda-tanda vital (Suriadi, 2001 :
87).
Menurut Cyndi Smith Greenberg,
1992 :
a. Identitas klien
b. Riwayat keperawatan
1) Awal serangan : adanya anak cengeng,
gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia kemudian timbul diare.
2) Keluhan utama : feses semakin cair,
muntah, bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi,
berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit
berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekuensi BAB lebih dari 4
kali dengan konsistensi encer.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat yang diderita, riwayat
pemberian imunisasi.
d. Riwayat psikososial keluarga
e. Kebutuhan dasar
1) Pola eliminasi : akan mengalami perubahan
yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK sedikit atau jarang.
2) Pola Nutrisi : diawali dengan muntah,
mual, anoreksia, menyebutkan penurunan berat pada pasien.
3) Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena
adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
4) Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap
harinya.
5) Aktivitas : akan terganggu karena kondisi
tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat distensi abdomen.
f. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan psikologis : keadaan umum
tampak lemah, kesadaran composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat
dan lemah, pernafasan agak cepat.
2) Pemeriksaan sistematik :
a) Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar,
selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat badan menurun, anus kemerahan.
b) Perkusi : adanya distensi abdomen
c) Palpasi : turgor kulit kurang elastis
d) Auskultasi : terdengarnya bising usus
e) Pemeriksaan tumbuh kembang
f) Pemeriksaan penunjang
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Defisit volume cairan dan elektrolit
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output cairan yang berlebih.
b. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah.
c. Gangguan integritas kulit berhubungan
dengan iritasi, frekwensi BAB yang berlebihan.
d. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan
dengan distensi abdomen.
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan
kurangnya informasi tentang penyakit, prognosis, dan pengobatan.
Cemas
berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, prosedur yang menakutkan. (http://askep.blogspot.com/2008/03/askep-klien-dengan-ge.html)
J. FOKUS INTERVENSI
Diagnosa I : Defisit volume cairan dan elektrolit kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output cairan yang berlebih.
Tujuan :
- Mempertahankan
volume cairan adekuat
-
Devisit
cairan dan elektrolit teratasi
Kriteria Hasil :
- Membran
mukosa lembab
-
Turgor
kulit baik
-
Masukan
dan haluaran seimbang
Intervensi :
a. Observasi tanda-tanda vital
Rasional : Hipotensi, takikardia, demam dapat menunjukkan respons terhadap
dan/atau efek kehilangan cairan.
b. Observasi tanda-tanda dehidrasi
Rasional : Populasi feses yang cepat melalui usus mengurangi absorbsi air
volume sirkulasi yang rendah menyebabkan kekeringan membran mukosa dan rasa
haus. Urine yang pekat telah meningkatkan berat jenis.
c. Pantau masukan dan haluaran
Rasional : Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan.
d. Berikan dan anjurkan keluarga untuk sering
memberikan minum yang banyak.
Rasional : Minuman berkarbonat menggantikan natrium dan kalium yang hilang pada
diare dan muntah.
e. Kolaborasi
-
Berikan
cairan parenteral, tranfusi darah sesuai indikasi.
Rasional : Mempertahankan istirahat usus akan memerlukan penggantian cairan
untuk memperbaiki kehilangan/anemia.
-
Awasi
hasil laboratorium, contoh : elektrolit (khususnya kalium, magnesium dan GDA)
Rasional : Menentukan kebutuhan penggantian dan keefektifan terapi.
-
Berikan
obat sesuai indikasi :
·
Anti
diare
Rasional : Menurunkan kehilangan cairan dari usus.
·
Anti
Mimetik, misal : Trimetobenzamida (tigan), hidoksin (vistar).
Rasional : Digunakan untuk mengontrol mual/muntah pada eksaservasi akut.
Antipiretik, misal : Asetaminofen
Rasional : Mengontrol demam, menurunkan kehilangan tak terlihat.
Diagnosa II : Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah.
Tujuan :
Gangguan pemenuhan nutrisi teratasi
Kriteria Hasil :
- Intake
nutrisi klien meningkat
-
Diet
habis 1 porsi yang disediakan
-
Tidak
ada mual, muntah
Intervensi :
a. Kaji pola nutrisi
Rasional :
Memberikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi.
b. Timbang berat badan klien
Rasional :
Memberikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi.
c. Berikan diet dalam porsi kecil tapi
sering.
Rasional :
Memenuhi kebutuhan nutrisi
d. Batasi makanan yang dapat menyebabkan kram
abdomen, flatus (misal, produk susu)
Rasional :
Mencegah serangan akut/eksaserbasi.
e. Kolaborasi
-
Pemberian
nutrisi parenteral sesuai indikasi
Rasional : Mengistirahatkan kerja gastrountestinal dan mengatasi/mencegah
kekurangan nutrisi lebih lanjut.
-
Berikan
obat sesuai indikasi
Rasional : Antikolinergik diberikan 15-30 menit sebelum makan memberikan
penghilangan kram dan diare, menurunkan motilitas gaster.
Diagnosa III : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan
iritasi, frekuensi BAB yang berlebihan.
Tujuan :
Gangguan integritas kulit teratasi.
Kriteria Hasil :
- Integritas
kulit kembali normal
-
Tidak
ada iritasi
-
Tidak
ada tanda-tanda infeksi
Intervensi :
a. Kaji kerusakan kulit/iritasi setiap buang
air besar
Rasional :
Mengetahui seberapa jauh kerusakannya
b. Gunakan kapas lembab dan sabun bayi (Ph
normal) untuk membersihkan anus setiap buang air besar
Rasional :
Mencegah terjadinya iritasi lebih lanjut
c. Hindari dari pakaian dan pengalas tempat
tidur yang lembab
Rasional : Suhu yang lembab mempercepat terjadinya
iritasi
d. Ganti popok atau kain bila lembab atau
basah
Rasional :
Suhu yang lembab mempercepat terjadinya
iritasi
e. Gunakan obat kream bila perlu untuk
perawatan perineal
Rasional :
Obat kream dapat membantu menghambat
terjadinya iritasi.
Diagnosa IV : Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan
distensi abdomen.
Tujuan :
Nyeri dapat berkurang/hilang
Kriteria Hasil : Ekspresi wajah tenang
Intervensi :
a. Kaji keluhan nyeri (skala 1-0) perubahan
karakteristik nyeri.
Rasional :
Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk
menetapkan intervensi selanjutnya.
b. Atur posisi yang nyaman bagi pasien.
Rasional :
Menurunkan tegangan permukaan abdomen dan
mengurangi nyeri.
c. Lakukan aktivitas pengalihan untuk
memberikan rasa nyaman seperti masase punggung dan kompres hangat abdomen.
Rasional :
Meningkatkan relaksasi, mengalihkan fokus
perhatian pasien dan peningkatan kemampuan koping.
d. Bersihkan anorektal dengan sabun ringan
dan air setelah defekasi dan berikan perawatan kulit.
Rasional :
Melindungi kulit dari keasaman feces,
mencegah iritasi.
e. Kolaborasi pemberian obat analgetik dan
antikolinergik sesuai indikasi.
Rasional :
Analgetik sebagai agent anti nyeri dan
antikolinergik untuk menurunkan spasme traktus gastrointestinal dapat diberikan
sesuai indikasi klinis.
Diagnosa V : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang penyakit prognosis dan pengobatan.
Tujuan :
Pengetahuan keluarga meningkat
Kriteria Hasil :
- Keluarga
klien mengerti dengan proses penyakit klien
-
Ekspresi
wajah tenang
-
Keluarga
tidak banyak bertanya lagi tentang penyakit klien
Intervensi :
a. Tentukan persepsi klien tentang proses
penyakit
Rasional :
Membuat pengetahuan dasar dan memberikan
kesadaran kebutuhan belajar individu.
f. Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang
proses penyakit
Rasional :
Memberikan informasi tentang pengetahuan
keluarga
g. Jelaskan tentang proses penyakit klien
dengan melalui pankes
Rasional :
Memberikan informasi kepada keluarga
tentang penyakitnya
h. Berikan kesempatan pada keluarga bila ada
yang belum dimengertinya
Rasional :
Meningkatkan pemahaman dan dapatkerjasama
dalam program
i.
Libatkan
keluarga dalam pemberian tindakan pada klien
Rasional :
Meningkatkan pemahaman dan dapat
kerjasama dalam program
Diagnosa VI : Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan
orang tua, prosedur yang menakutkan.
Tujuan :
Klien akan memperlihatkan penurunan
tingkat kecemasan
Kriteria Hasil :
Ekspresi wajah tenang
Intervensi :
a. Catat petunjuk perilaku, misal : gelisah,
peka rangsang, menolak
Rasional :
Indikator derajat ansietas/stress
b. Dorong menyatakan perasaan, berikan umpan
balik
Rasional :
Membuat hubungan terapeutik
c. Berikan lingkungan tenang dan istirahat
Rasional :
Memindahkan pasien dari stress luar
meningkatkan relaksasi, membantu menurunkan ansietas
d. Kolaborasi
Berikan
obat sesuai indikasi.
Sedatif, misal : barbiturat, agen antiansietas, misal : diazepam
(valium)
Rasional : Dapat digunakan untuk menurunkan ansietas dan
memudahkan istirahat.
(Marilynn E.
Doenges, 2001)
(Lynda Juall
Carpenito, 1999)
(http://askep.blogspot.com/2008/03/askep-klien-dengan-ge.html)
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda
Juall. 1999. Rencana
Asuhan & Dokumentasi Keperawatan Edisi 2. EGC : Jakarta.
Doenges Marilynn. E, 2001. Rencana
Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta.
Hassan,
Rusepno. 2005. Ilmu Kesehatan Anak. Penerbit
Fakultas Kedokteran Indonesia.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar
Ilmu Keperawatan Anak. Penerbit Salemba Medika.
Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan
Anak.. Volume 1. Edisi 15, Alih Bahasa A. Samik Wahab. EGC : Jakarta.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak
Sakit. Editor : Setiawan EGC : Jakarta.
Surradi. 2001. Asuhan Keperawatan
Pada Anak. Edisi 1. PT Fajar Interpratama, Jakarta.
Wong, Donna L. 2004. Pedoman
Klinis Keperawatan Pediatrik. Alih Bahasa Monica Ester, Edisi Bahasa
Indonesia. EGC : Jakarta.
http://blogspot.com/
2008/03/askep_pada_klien_dengan_ge.html
G/E
BalasHapus